"MELASTI"
Parangtritis, Yogyakarta. “Melasti ngarani angiring prewatek Dewata, anganyutaken laraning jagat, papa kiesa, letuh ing bhuwana”, itu adalah salah satu makna upacara Melasti yang tertulis di dalam lontar Sang Hyang Aji Swamandala, yang bermakna Melasti meningkatkan bakti kepada para dewata manifestasi Tuhan, agar diberi kekuatan untuk menghanyutkan penderitaan masyarakat, menghilangkan papaklesa atau kekotoran diri dan kekotoran alam semesta. Upacara Melasti merupakan upacara yang mengawali ritual perayaan hari raya Nyepi bagi umat Hindu. Tahun ini upacara Melasti jatuh pada hari Sabtu tanggal 13 Maret 2010, mengawali ritual perayaan hari raya Nyepi Tahun Baru Saka 1932. Pada tahun ini saya mendapatkan kesempatan langka untuk mengikuti prosesi upacara Melasti mulai dari prosesi awal sampai akhir. Kesempatan ini ada karena kebaikan hati seorang teman umat Hindu yang mengajak sayauntukmengabadikan momen-momen upacara Melasti di Yogyakarta.
Perjalanan mengikuti proses upacara Melasti Sabtu pagi itu dimulai dari salah satu Pura yang berada di Yogyakarta. Beruntungnya saya ketika salah seorang panitia rombongan upacara Melasti, mengijinkan kami untuk mengikuti romobongan pertama yang akan menuju salah satu sumber mata air di dusun Beji untuk mengambil air sebagai bagian dari upacara Melasti.Dusun Beji berada tidak jauh dari pantai Parangtritis, letak sumber mata air yang kami tuju cukup tersembunyi. Jalan kendaraan yang berbatu tidak semulus dalam bayangan kami, yang kemudian dilanjutkan dengan berjalan kaki menyusuri hijaunya hamparan sawah semakin memberi nilai mendalam dalam prosesi ini.
Berjalan kaki menuju sumber mata air Beji
Periuk pembawa air
Kuranglebih 30 menit kami berjalan kaki, akhirnya sampai juga di lokasi sumber mata air Beji. Lokasi yang sangat tenang dengan kesejukan dan kerindangan yang menaunginya, serta sumber mata air yang sangat jernih dan sejuk mengucur tiada henti dari bawah sebuah pohon beringin besar dan bisa dibilang pohon yang sangat tua di daerah itu. Selain kagum dengan sumber mata air yang begitu melimpah dan jernih, ada hal lain yang cukup menarik perhatian saya disini, yaitu bersandingnya dua tempat ibadah yaitu Muslim dengan adanya musholla dan tempat ibadah umat Hindu. Sebuah gambaran harmoninya umat bergama di negeri ini yang mampu bersandingan dan saling menghormati.
Prosesi doa sebelum menuju pantai Parangtritis
Periuk pembawa air siap dibawa ke pantai Parangtritis
Setelah selesai melakukan prosesi pengambilan air dan memanjatkan doa, kami langsung kembali menuju pantai Parangtritis. Di pantai itulah prosesi utama upacara Melasti dilaksanakan dan tempat berkumpulnya umat Hindu di wilayah Yogyakarta dan Jawa Tengah berkumpul untuk melaksanakan upacara Melasti. Apa kaitan air yang di ambil dari sumber mata air di dusun Beji dengan prosesi di pantai Parangtritis? Ternyata tujuaannya adalah nunas tirtaamertha dan menghanyutkan kekotoran dunia. Melasti ngarani angiring prewatekan pralingga Ida Batara ketelengin samudera angamet tirtaamerta (tirtasanjiwani), anganyutaken laraning jagat, paklesaletuh ing bhuwana”.Artinya, umat ngiring Ida Batara kesegara mengambil Tirta Amerta dan menghanyutkan segala penderitaan umat, segala sesuatu yang menyebabkan dunia atau alam semesta ini kotor. Tirtha yang telah diambil itu kemudian digunakan dalam upacara Panca Bali Krama.
Iringan sesaji menuju tepi pantai Parangtritis
Pantai Parangtritis pada hari itu cukup panas, tapi tidak menyurutkan kekhusyukan umat Hindu untuk menjalankan prosesi upacara Melasti. Bahkan cuaca yang cukup panas itupun tidak mengurangi daya tarik upacara Melasti ini, sehingga mampu menarik perhatian banyakrekan-rekan fotografer untuk mengabadikan momen-momen suci umat Hindu, yang juga merupakan salah satu keindahan budaya Indonesia.
Suasana tepi upacara Melasti pantai Parangtritis
Kekhusyukan umat Hindu memanjatkan doa
momen yg sip,...
BalasHapusgambaran jalannya prosesi pun mantap mas,...
lanjut,..